About me

Foto Saya
Andika Paramitha R
Tersenyumlah maka semua menjadi lebih baik :)
Lihat profil lengkapku
Feeds RSS
Feeds RSS

Kamis, 28 Juni 2012

Karena kegalauan melanda beberapa hari ini, aku sering mendengarkan lagu rindu-kerispatih. Semoga yang ku rindukan mengerti bahwa aku rindu :')


Lagu Rindu
Bintang malam katakan padanya
Aku ingin melukis sinarmu di hatinya
Embun pagi sampaikan padanya
Biar ku dekap erat waktu dingin membelenggunya

Tahukah engkau wahai langit
Aku ingin bertemu membelai wajahnya
Kan ku pasang hiasan angkasa yang terindah
Hanya untuk dirinya
Lagu rindu ini kuciptakan
Hanya untuk bidadari hatiku tercinta
Walau hanya nada sederhana
Ijinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan

What Makes You Beautiful

Kalo denger lagu ini inget sama seseorang yang selalu memuji aku, padahal gatau bener apa engga :p
What Makes You Beautiful
You’re insecure
Don’t know what for
You’re turning heads when you walk through the door
Don’t need make up
To cover up
Being the way that you are is enough

Everyone else in the room can see it
Everyone else but you

Baby you light up my world like nobody else
The way that you flip your hair gets me overwhelmed
But you when smile at the ground it ain’t hard to tell
You don’t know
You don’t know you’re beautiful
If only you saw what I can see
You’ll understand why I want you so desperately
Right now I’m looking at you and I can’t believe
You don’t know
You don’t know you’re beautiful
Oh oh
But that’s what makes you beautiful

So c-come on
You got it wrong
To prove I’m right I put it in a song
I don’t why
You’re being shy
And turn away when I look into your eyes

Everyone else in the room can see it
Everyone else but you

Baby you light up my world like nobody else
The way that you flip your hair gets me overwhelmed
But you when smile at the ground it ain’t hard to tell
You don’t know
You don’t know you’re beautiful
If only you saw what I can see
You’ll understand why I want you so desperately
Right now I’m looking at you and I can’t believe
You don’t know
You don’t know you’re beautiful
Oh oh
But that’s what makes you beautiful

Nana Nana Nana Nana
Nana Nana Nana Nana
Nana Nana Nana Nana

Baby you light up my world like nobody else
The way that you flip your hair gets me overwhelmed
But you when smile at the ground it ain’t hard to tell
You don’t know
You don’t know you’re beautiful

Baby you light up my world like nobody else
The way that you flip your hair gets me overwhelmed
But you when smile at the ground it ain’t hard to tell
You don’t know
You don’t know you’re beautiful
If only you saw what I can see
You’ll understand why I want you so desperately
Right now I’m looking at you and I can’t believe
You don’t know
You don’t know you’re beautiful
Oh oh
But that’s what makes you beautiful

LCC 4 pilar bangsa

Sebuah pengalaman liar biasa bisa ikut berpartisipasi dalam lomba LCC 4 pilar yang diselenggarakan oleh MPR. Tingkat eks-karesidenan Surakarta kami mendapat juara 1. Lomba itu sekitar bulan maret/april, aku agak lupa. hhe
Selanjutnya kami maju tingkat provinsi di Semarang. Persiapan kami hanya seminggu. Itupun bersamaan dengan Mid Semester 3 Aksel. Aku, lilin, evan dan kevin bingung membagi waktu. Akhirnya kami memutuskan hari terakhir tidak ikut Mid untuk mempersiapkan lomba ini. sekitar tanggal 30 April kami berangkat ke Semarang. Di tengah jalan salah satu mobil kami sempat bermasalah tapi tidak mematahkan semangat untuk berangkat ke Semarang. Berikut adalah foto-foto yang menggambarkan kegembiraan kami di tengah ketegangan di sana.

Persiapan sebelum lomba




Sesampainya di LPMP (tempat kami menginap) kami membuat kejutan untuk mas Erdana yang berulang tahun yang ke-17. Happy Birthday mas Erda :)

Pembinaan dan pengarahan lomba









Sebelum berangkat ke tempat lomba




Di tempat lomba yang sangat menegangkan


Sayangnya kami kurang beruntung untuk mendapat kesempatan maju ke babak selanjutnya. Tapi kami tetap semangat :D


Yang pakai baju batik itu adalah salah satu anggota MPR yang menjadi juri kami. Beliau mendukung dan berharap kami yang menang, tapi kenyataan berkata lain. Terimakasih kak telah mendukung kami :)


Dan ga lupa nih.. LCC 4 pilar ini punya jingle. Begini liriknya..

Generasi muda Indonesia
Generasi penerus bangsa
Jujur Cerdas Cermat
Dan berbudi pekerti
Maju bersama
Bangun Indoesia Jaya

Kobarkan semangat Pancasila
Pegang teguh Undang-Undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan Bhineka Tunggal Ika
Jadilah yang terbaik

Cerdas Cermat MPR
Cerdas Cermat MPR

Begitu ceritanya :)

sebelum banyak cerita

akhirnya ada waktu buat sedikit banyak cerita. banyak hal baru yang terjadi dalam hidupku. pendewasaan ini memang terasa sulit tapi semua akan indah pada waktunya. mereka yang membuatku selalu semangat dan optimis dalam segala hal..

Sabtu, 25 Februari 2012

TOLONG ! :'(

kenapa jam di blog-ku ga bisa di edit? jadi ada 2 deh :(

Cerpen


Sahabatku dan Kekasihku

Sudah hampir satu tahun mereka berpacaran. Sekian lama pula sikap Nana berubah. Dia jadi lebih ceria dan lebih terbuka pada orang lain. Itu semua karena  Dika yang selalu mengajaknya untuk mengenal indahnya bergaul dengan banyak teman, tidak hanya menyendiri seakan di dunia ini tak ada orang lain. Nana mulai aktif mengikuti kegiatan di sekolah, penampilannya yang sangat cupu kini tidak lagi, ia mulai memperhatikan penampilannya, terutama jika akan pergi bersama Dika.

Setiap minggu mereka tidak jarang pergi berdua untuk menonton atau hanya sekedar makan bersama. Dika sering memberi sesuatu yang unik dan tak disangka kemudian Nana membalasnya dengan hal yang lebih mengejutkan Dika. Saat di kelas pun mereka seperti hidup berdua, yang lain bagaikan bunga yang menambah indahnya kebersamaan mereka. Semakin banyak tugas, maka hubungan mereka semakin dekat karena tugas itu yang membuat mereka sering bertemu untuk kerja kelompok mengerjakan tugas sekolah. Jadi orang tua mereka menilai tak ada salahnya mereka berpacaran.

Setelah kenaikan kelas, ternyata kelas mereka berbeda. Dika satu kelas dengan sahabat Nana. Clara, satu-satunya teman yang dipercaya oleh Nana setelah diary putih kusamnya. Clara dekat dengan Nana sejak awla masuk sekolah. Nana tidak jarang menceritakan apa yang ia rasakan di sekolah dan di rumah begitupun Clara. Hanya satu yang tidak diketahui Clara, yaitu penyakit Nana yang memang baru-baru ini diketahui. Nana sengaja menyembunyikannya karna ia tak ingin melihat sahabatnya sedih.

Sebulan setelah tidak sekelas dengan Dika, semuanya masih baik-baik saja seperti biasanya. Namun tiba-tiba semua berubah sejak tugas kelompok itu. Tugas bahasa Indonesia untuk membuat drama dimana Dika satu kelompok dengan Clara. Dalam drama itu Dika menjadi pangeran dan Clara putrinya. Nana tentunya tidak keberatan saat Clara meminta izin untuk satu kelompok dengan  Dika karena guru mereka yang meminta. Latihan pertama, kedua, ketiga, Dika masih mengajak Nana untuk menemaninya.

Suatu hari Nana heran mengapa Dika belum juga menjemput Nana untuk menemaninya. Akhirnya ia mengeluarkan handphone-nya untuk mengirim SMS pada Dika.
“Dika, kamu hari ini ga latihan? Kok jam segini belum jemput aku?”
“Engga Na, maaf ga bsia SMS-an dlu, ada urusan sama keluarga. I love you.”
Balasan singkat yang cukup membuat Nana kecewa. Ya, malam ini malam minggu yang berubah menjadi sabtu malam. Sejak sore tadi sampai sekarang Dika belum juga memberi kabar pada Nana. Nana khawatir, tapi ia takut mengganggu untuk SMS Dika dluan. Akhirnya dia menunggu sambil menulis di diary-nya.

Wahai engkau kasihku
Engkau bintang yang berkilau di hatiku
Engkau matahari yang memberiku kehangatan
Mengertikah engkau?
Taukah engkau kabarku malam ini?
Ku dengar suara hujan, tapi tak memberi kabar tentangmu
Ku rasakan hembusan angin tak menentu
Seperti hatiku yang gundah menunggu kabarmu
Sayang, kamu dimana? Kamu baik-baik aja kan?
Jangan macem-macem ya,
Aku di sini menyayangimu

Karena lelah menunggu datangnya SMS dari Dika, Nana tertidur sambil memegang pulpen dan handphone di sisinya.

***
Selesai upacara, Nana mencari Clara karena ingin bertanya apakah ada latihan hari minggu kemarin sampai-sampai Dika tidak sempat memberi kabar apapun pada Nana. Kantin, taman, kelas, lapangan basket, semua tempat sudah ia datangi untuk mencari Nana atau Dika. Hati kecilnya berprasangka buruk, bahwa Dika sedang selingkuh dengan Clara. Tapi ia yakin, Clara sahabatnya tidak mungkin sejahat itu memanfaatkan keadaan untuk mendapatkan Dika dan berkhianat pada Nana.

Malamnya, Dika mengirim pesan pada Nana.
“Maaf sayang, aku lagi sibuk banget buat nyiapin drama. Maaf ya ga kasih kabar. I love you.”
Akhirnya datang juga SMS itu. Hati nurani Nana mencoba mengerti keadaan pacarnya tapi tak dapat dipungkiri sebagai pacar tentulah ia punya rasa cemburu bila ada wanita lain yang dekat dengan Dika. Ia pun berniat menyelidiki apa yang dilakukan Dika selama beberapa waktu ini yang membuatnya tak sempat memberi kabar.

Kecurigaannya bertambah pada Clara, karena Clara pun kini jarang bercerita bahkan bertemu di sekolah pun tidak pernah. Sedih bercampur khawatir yang ia rasakan saat ini. Hatinya selalu bertanya mungkinkah mereka punya hubungan khusus di belakang Nana? Ya sampai saat ini Nana belum menemukan jawabnya.

Sepulang sekolah, Nana pergi ke lapangan basket untuk mencari Dika. Ternyata benar di sana ada Dika dengan seorang wanita. Siapa dia? Sepertinya Nana kenal wanita itu. Nana mengurungkan niat untuk melanjutkan langkahnya yang tinggal 5 langkah lagi sampai di hadapan Dika. Itu dia, wanita itu adalah Clara sahabat Nana. Di depan matanya, Dika membelai rambut Clara sambil memberikan mawar seperti yang biasa Dika lakukan pada Nana. Nana berbalik arah dan berlari meninggalkan mereka. Sambil menangis ia berjalan menuju rumahnya. Kecewa yang sangat mendalam ia rasakan. Ia berusaha menenangkan hatinya bahwa tadi itu adalah latihan drama mereka. Tapi kenapa latihannya di lapangan basket? Kenapa ga bareng sama teman yang lain? Ga mungkin kan main drama cuma berdua? Berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya.

Semakin hari ia semakin jauh dan hilang komunikasi dengan Dika. Rasa sakitnya berlipat ganda karena penyakit kanker darahnya semakin melukai tubuhnya.

Nana mencoba memperbaiki hubungannya dengan Dika.
“Sayang, nonton yuk udah lama ga nonton.” Katanya di sms.
“Maaf sayang, aku lagi ada acara sama keluarga ga bisa di tinggal, maaf ya, lain kali deh.. i love you.”
Ternyata usahanya kali ini gagal. Dika tetap saja masih sibuk dengan kesibukan yang dibuatnnya. Benarkah Dika ada acara keluarga? Atau hanya alasan?
Nana memutuskan pergi ke mall untuk menenangkan pikirannya. Saat ia lewat di sebuah kafe, Nana melihat sosok pria bersama wanita. Ia mendekatinya karena ia merasa mengenali pakaian yang dikenakan pria itu. Ia mengintip dari tembok dekat situ. Benar pria itu adalah Dika dan wanita itu adalah Clara. Mencoba menahan sedih, tapi air matanya  kini menetes. Segere ia berlari keluar dan pulang ke rumah. Hatinya semakin terluka, terluka oleh dua orang yang dia sangat ia sayangi.

Sejak awal masuk sekolah aku mengenalmu sebagai sosok yang pengertian. Kau bersedia mendengarkan segala keluhanku. Sahabatku, kau tau dia kekasihku, dia milikku. Kau tau maksudnya kan? Dia milikku bukan milikmu. Kau tau aku menyayanginya, harusnya kau tak melakukan ini padaku.. aku kecewa padamu sahabatku, kau kejam, kau mengkhianatiku.
Sayangku, hati ini selalu jadi milikmu, begitupun hatimu slalu untukku. Dulu kau sering mengucapkannya. Tapi mengapa sekarang kau berubah? Awalnya aku memakluminya, tapi ternyata kalian sudah sejauh ini. Apa ada hal yang tak kau suka dariku saat ini? Hingga kau tega berpaling dariku dan singgah dihatiniya, ya hati sahabatku. Sayang, aku tetap menyayangimu meskipun kau mungkin sudah menyayangi yang lain. Sayang, aku berharap kau mengerti aku merasakan  sakit ini agar kau kembali di sini temaniku.

***

Jam istirahat pertama Clara datang ke kelas Nana untuk yang pertama kalinya setelah adanya tugas drama itu. Clara menghampiri Nana yang sedang menulis di pojok kelas.
“Hai Nana, gimana kabarnya? Kok ga pernah main ke kelasku sih? Lupa ya sama aku?” ucapnya dengan wajah ceria.
“Aku takut ganggu kamu, aku ke kantin dulu ya, dah..” dengan nada lesu tanpa memandang Clara, Nana pergi keluar kelas.

Nana berusaha menutupi kesedihannya agar tidak menangis di kantin. Ia memilih duduk di tempat sepi agar Clara tak dapat menemukannya. Tiba-tiba dari belakang ada yang menyentuh pundak Nana.
“Kamu kok buru-buru sih ke kantin? Aku di tinggal, udah laper ya?” Clara datang mengagetkan.
“Ga kok, biasa aja.” Jawab Nana datar.
“Kamu sakit ya Na? Kok cara bicara kamu beda dari biasanya?” kata Clara sambil memegang dahi Nana untuk memastikan Nana tidak sedang demam.
“Andaikan kamu tau, aku sakit Ra, aku sakit lihat kamu sama Dika, dia pacarku, kamu sahabatku, tapi kenapa kamu deketin dia?” ucapnya dalam hati.
“Aku baik-baik aja kok.” Jawab Nana lebih datar lagi.
Clara menunduk diam di samping Nana merasa bersalah.

***

Karena sebelumnya tidak pernah dekat dengan pria, Nana tidak pernah mengerti arti valentine. Dia berharap Dika dapat memberi sesuatu yang berbeda di hari itu yang akan datang tepat satu bulan lagi.


Dear diary,
Aku ingin seperti mereka, tau apa itu cinta. Kini itu sudah ku alami, aku merasakannya pada Dika. Aku sangat menyayannginya dan tak ingin kehilangan dia. Aku selalu berusaha berbuat sebaik mungkin agar dia tidak meninggalkanku. Tapi aku merasa beda sejak saat itu. Ia sangat dekat bahkan bisa dibilang lebih dekat dengan Clara sahabatku. Dia jarang ada waktu lagi untukku. Dia selalu beralasan sedang banyak tugas. Jika aku bertanya apa yang kemarin dilakukannya bersama Clara pasti dia menjawab sedang mengerjakan tugas. Benarkah katanya? Aku tak yakin akan hal itu. Karena merela selalu terlihat mesra saat berdua.
Sebulan lagi hari itu datang. Dimana banyak orang mengatakan itu hari kasih sayang. Aku ingin merasakan indahnya hari itu seperti yang dikatakan orang-orang. Aku berharap masih ada di dunia dan masih bersama Dika.
Dika, ku harap kau tau aku ingin kau ada untukkku di hari itu. Tuhan, izinkan aku merasakan indahnya cinta di hari itu..

Selesai menulis diary, Nana memasukkan diary ke dalam laci. Ia pun beranjak ke tempat tidurnya. Sebelum matanya terpejam, tiba-tiba..
“Mamah.. tolong mah, dingin.. mamah papah, tolong Nana, dingin, sakit..” teriak Nana sambil menyelimuti tubuhnya.
Pintu kamar Nana dibuka dengan cepat oleh orang tuanya. Tanpa menunggu lebih lama, papahnya menelepon ambulance sedangkan mamahnya memeluk mencoba menghangatkan anaknya.

Nana dibawa ke rumah sakit dan harus menjalani rawat inap selama 3 hari. Selama itu pula teman sekolahnya tak ada yang tau ia sakit. Ia meminta orang tuanya untuk membuat surat izin dengan alasan ada kepentingan keluarga. Nana tak ingin ada orang lain yang tau kalau dia sakit. Padahal penyakitnya kini telah sampai di stadium akhir.

Dika percaya saja dengan apa yang dikatakan teman sekelas Nana bahwa ia sedang ada urusan keluarga, sehingga Dika tidak khawatir. Bahkan dika tidak SMS/telepon Nana.

Nana terbaring lemah di kasurnya. Berulang kali ia menengok HP, tapi tak ada SMS/telepon dari siapapun termasuk pacarnya, Dika. Dalam hati ia bertanya apakah kekasihnya masih mencintainya seperti dulu atau sudah mencintai yang lain. Ia mencoba berpikir positif, yakin bahwa Dika akan menepati janji akan setia padanya.

***
Hari ini Nana masuk sekolah dengan wajah pucat. Kelas yang pertama ia cari ialah kelas Dika, ia ingin memastikan keadaan kekasihnya. Tapi Dika belum berangkat, ia pun kembali ke kelasnya.

Istirahat pertama Dika datang ke kelas Nana. Nana tersenyum melihat kedatangan Dika.
“Kamu sakit Na? Kok pucat sih?” tanya Dika.
“Engga kok, aku biasa aja, perasaan kamu aja kali. Sayang kamu gimana kabarnya? Kok dari kemarin ga SMS?”
“Maaf.. aku takut ganggu acara keluarga kamu dan aku lagi ga punya pulsa nih” jawab Dika sambil cengengesan malu bahwa dirinya tak punya pulsa.
“Yah kamu, bikin khawatir aja. Dika, aku boleh tanya sesuatu gak?” tanya Nana mulai membuat suasana serius.
“Boleh sayang..” jawabnya tersenyum.
“Kamu masih sayang ga sama aku? Kamu ga akan lupa janji kamu kan?” memandang mata Dika penuh makna. Dika diam menunduk. Itu membuat Nana semakin curiga pada hubungan Dika dengan Clara.
“Ya iyalah sayang, aku masih sayang kok. Aku inget kok, tenang ajah.” Keraguan terlihat di wajah Dika. “Nana, aku pergi dulu ya, lupa nih kalo ada tugas fisika. Dahh .. i love you.” Secepat mungkin Dika pergi kembali ke kelasnya. Ia gugup dan seperti maling yang ketahuan mencuri. Nana tersenyum melihat kepergian Dika. “Semoga ucapannya tadi bukan yang terakhir untukkku.” Ucapnya dalam hati.

***

Hari demi hari berlalu dan sampailah di tanggal 13 Februari. Nana sengaja tidak tidur malam itu, ia menunggu sampai jam satu malam. Menurut novel yang pernah ia baca, pacar akan mengucapkan Happy Valentines Day di tanggal 14 jam 00.01.

Terlalu lama ia menunggu hingga akhirnya tertidur memegang handphone-nya. Keesokan harinya belum juga ada SMS ucapan dari pacarnya. Awalnya ia berniat mengucapkan dulu namun ia ingin mengetes Dika apakah Dika masih sayang pada Nana.

Bel masuk, bel istirahat pertama, kedua, hingga yang terakhir bel pulang sekolah. Nana tak bertemu Dika sekalipun. Untuk mengobati kekesalannya pada Dika, ia pergi ke taman sekedar duduk-duduk.
“Happy Valentines Day sayang..” Dika datang mengagetkan.
Nana terkejut melihat Dika dengan mawar yang dibawakannya. Nana tersenyum dan menangis terharu. Dipeluknya Dika dengan erat.
“Loh kok nangis? Ga suka bunganya ya?” dika memasang wajah sedihnya.
“Dika, makasih ya, aku sayang kamu..” Nana melepas pelukan untuk menerima bunga dari Dika. “Aku kira kamu lupa ngucapin. Aku sedih loh..”
“Maaf sayang, aku sengaja kok.” Jelas Dika sambil tertawa pertanda berhasil menjaili Nana.

“Nanti malem ada acara ga Na? Ketemuan yuk di kafe biasanya.” Ajak Dika.
“Ga ada kok, yaudah sampai ketemu di sana ya.. aku mau pulang tuh udah dijemput sopir. Dah..” berat hati ia meninggalkan Dika padahal mereka sedang asyik mengobrol.

***

Nana telah menunggu cukup lama di kafe itu, tapi Dika tak kunjung datang. Drrttt ... handphone Nana di atas meja bergetar.
“Maaf sayang ga jadi ketemuan, nenek aku sakit. Sekarang aku lagi nungguin di rumah sakit. Diganti malem lain lagi ya. I love you.” SMS itu dari Dika yang membatalkan pertemuan. Dari hatinya yang terdalam ia kecewa namun berusaha mengerti keadaan Dika.

Nana pergi meninggalkan kafe. Untuk mengurangi kesedihannya ia berjalan-jalan sebentar di Mall tempat kafe itu berada.
Entah kenapa ia ingin memasuki sebuah kafe lain di sana. Ia masuk dan mencari tempat yang kosong. Nana menuju tempat di ujung yang memang hanya itu yang kosong. Ia melihat seorang pria duduk bersama wanita sambil memakaikan cincin ke jari manisnya. Langkahnya diperlambat kemudian berhenti. Oh tak disangka.. pria itu, pria itu tidak lain adalah Dika. Dan wanita itu adalah Clara. Nana yakin seyakin-yakinnya ini bukan latihan drama. Nana tau Dika membohongi Nana. Dika membohongi Nana untuk bertemu berduaan dengan Clara.

Nana segera lari meninggalkan kafe itu sambil menangis. Iya berjalan menyusuri trotoar sambil menangis. Ia menendang segala sesuatu yang menghalangi langkahnya. Hujan turun perlahan. Kini ia melangkah diiringi hujan deras. Ia tak perduli lagi dengan dirinya sendiri. Yang ia tau, Dika tak lagi mencintai Nana. Ia mencintai Clara. Dika membohongi Nana. Nana kecewa, Nana sakit hati.

Sampailah ia di rumah dengan keadaan basah kuyup. Mamahnya membukakan pintu untuknya. Memeluk dan membelai rambut Nana yang sangat basah. Bibirnya pucat, badannya sangat dingin karena basah. Nana menggigil. Orang tuanya segera membawa ke rumah sakit.

Dokter mengatakan keadaannya sangat kritis. Penyakitnya yang sudah sangat parah ditambah keadaannya yang memburuk karena kehujanan.

“Permisi pak bu, daritadi mbak Nana memanggil-manggil nama bapak ibu.” Kata seorang suster yang baru saja keluar dari ruang tempat Nana dirawat. Lalu orang tua Nana masuk ke dalam berharap Nana sudah membaik.

Mamah Nana menggenggam tangan Nana erat penuh kasih sayang sedangkan Nana mencoba menghirup udara agar dapat berbicara.
“Mah, pah, maafin kesalahan Nana ya selama ini. Makasih buat segalanya yang mamah papah berikan ke Nana. Nana sayang banget sama mamah dan papah. Mah, kalau Nana besok udah ga di izinin lagi ada di dunia ini, Nana minta tolong ya berikan surat yang ada di tas Nana untuk Dika. Sampaikan salam sayang Nana untuk Dika. Dan sampaikan pada Clara, terimakasih selama ini telah jadi sahabat terbaik Nana. Nana ikhlas kalau memang mereka saling mencintai. Nana mau mereka berpacaran. Nana bahagia lihat mereka bahagia di dunia.” Nana tersenyum dengan air mata.
“Kamu ga boleh ngomong gitu nak, kamu harus bertahan. Masih banyak yang sayang dan butuh kamu. Kamu ga akan tega kan meninggalkan mamah dan papah? Ayo nak, Tuhan pasti akan memberi umur panjang. Percayalah pada mamah, sayang.” Mamahnya meyakinkan Nana sambil menangis, begitupun papahnya.
“Nana juga maunya begitu mah pah, tapi Nana tersiksa dengan penyakit ini, biarkan Nana bahagia di sana tanpa rasa sakit.” Nana tersenyum.
Dengan lemas tangan Nana terlepas dari genggaman tangan mamahnya.
“Nana, Nana, bangun nak. Jangan tinggalkan mamah dan papah, Na. Nana bangun. Nana !!!” mamahnya menangis. Digerakannya tubuh Nana tak percaya Nana sudah tiada.

***

Keesokkan harinya berita duka menyelimuti kelas Nana.Clara datang ke kelas Nana berniat untuk meminjam novel.
“Permisi, Nana mana ya?” tanya Clara pada salah satu teman kelas Nana.
“Loh kamu ga tau, Ra?”
“Ga tau apa?” keningnya mengerut tanda tak mengerti.
“Semalam Nana meninggal, nanti jam 10 saja kita mau ke rumahnya.”
“Ga mungkin. Ga mungkin secepat itu, kemarin Nana masih sehat-sehat saja!” Clara mulai menangis, ia pun berlari mencari Dika.
“Dika, Nana Dik, Nana..” memeluk Dika sambil menangis.
“Nana kenapa? Yang jelas dong.” Dika ikut panik.
“Nana meninggal tadi malam.”
“Ga mungkin, Ra. Dia semalam masih membalas SMSku untuk batal ketemuan.”
“Ayo kita ke rumahnya sekarang juga.” Ajak Clara.
Mereka segera bergegas ke parkiran. Dika secepat mungkin mengendarai Honda Jazz hitamnya.

Rumah Nana ramai dengan orang  berbaju hitam. Dengan banyak karangan bunga turut berduka cita.

Dika dan Clara buru-buru masuk mencari Nana, namun yang terbalut kafan itu memang benar Nana. Dika dan Clara tak percaya, mereka menangis di samping jenazah Nana.

Mamah Nana datang dengan mata bengkak karena semalaman menangis.
“Ini ada titipan dari surat dari Nana, sepertinya ia menulisnya sebelum pergi ke kafe.” Menyodorkan amplop putih berpita.
“Jadi, semalam Nana sudah pergi ke kafe?” tanya Dika.
“Sudah, dia pulang kehujanan. Oh ya, Nana berpesan, dia menyetujui hubungan kalian berdua. Dia bahagia jika melihat sahabat dan kekasihnya bahagia.”
“Jadi Nana tau tentang ini?” Clara terkejuut mendengarnya.
“Semua ini salahku, aku salah membatalkan janji.” Dika menyesali perbuatannya. Ternyata siang itu saat terakhir melihat senyum Nana.
“Maafin aku, Dik.. ini salahku, aku memaksamu menemuiku dan membatalkan janji dengan Nana. Aku khilaf. Maaf..” Clara pun menyesali perbuatannya.

Jenazah Nana dimakamkan hari itu juga. Usai semua orang meninggalkan pemakaman, Dika dan Clara masih tetap tinggal di sana. Dika membuka surat tadi dan membacanya dalam hati. Begitupun Clara.

To : My Love

Engkau yang pertama mengisi hati ini. Engkau yang pertama ku cintai. Aku tak pernah berharap engkau akan meninggalkanku. Sebisa  mungkin aku membuatmu tetap bertahan bersamaku.
Aku sangat merasa sedih ketika pengumuman pembagian kelas, ternyata kita tidak lagi sekelas, justru kau sekelas dengan Clara, sahabatku. Awalnya aku biasa melihat kalian bersama mengerjakan tugas. Namun mengapa selanjutnnya kau tak pernah mengajakku bersama kalian? Apa kalian lupa denganku? Apa memang tugas kalian hanya boleh dikerjakan berdua?
Aku sering bertanya dalam hati, apa kau masih mencintaiku? Atau sudah ada yang lain? Aku sebenarnya kecewa denganmu. Aku takut kau lupa akan janjimu.
Aku pernah melihatmu memberi bunga pada Clara, tapi ku rasa itu bagian dari latihan drama  kalian, jadi aku dapat memakluminya. Aku pun pernah melihat kalian makan bersama, karena aku tak  ingin mengganggu akhirnya aku pulang.
Kemarin aku menunggu ucapan valentine darimu sejak jam 12, tapi tak ada juga sms darimu. Istirahat pertama, kedua, aku mencarimu di sekolah tapi tidak ku temukan dirimu. Aku semakin yakin kau sedang bersama Clara. Namun siang sepulang sekolah memberiku bunga. Dan kau mengajakku dinner di kafe. Akhirnya aku yakin bahwa kau masih mencintaiku. Kekecewaanku pun sirna sejak itu. Aku yakin kau masih mencintaiku sampai saat ini dan ga akan ninggalin aku.
Terima kasih Dika, kau memberi arti cinta untukku. Kau beri makna valentine untuk pertama kalinya dalam hidupku. Aku sayang kamu, Dika J
                                                                                                       
                                                                                                            Nana

“Dia sangat mengharapkan keedatanganmu malam itu Dik. Aku menyesal. Aku menyesal merebutmu dari dia. Padahal dia sahabatku, dia sangat mempercayaiku. Bodohnya aku menkhianati dia. Nana, maafkan aku.” Clara menangis di atas kuburan Nana. Ia sangat menyesal, apalagi ternyata Nana sudah mengetahui kedekatannya dengan Dika. Pantas saat itu sikap Nana sempat dingin dengan Clara.
“Nana, maafkan aku, aku telah mengingkari janjiku sendiri.” Sesal Dika. “Sudah, Ra. Semua sudah terjadi. Kita tak dapat mengulang untuk memperbaiki kesalahan kita.” Dika memeluk Clara.

Ternyata di dalam amplop ada dua kalung hati yang mungkin saat itu akan diberikan Nana pada Dika. Akhirnya mereka memutuskan kalung itu satu untuk Clara dan yang lain untuk Dika. Kini barang itu sangat berharga bagi Clara dan Dika, sebagai kenangan terindah dari Nana. Mereka menjaga dengan baik kalung itu. Dan mereka berpacaran sampai saat ini seperti yang diminta oleh Nana.